BANDUNG - Siapa yang menyangka, lagu perjuangan Halo Halo Bandung ini ternyata berasal dari ragu romantis loh, warga.
Kalau kita menyimak versi awal dari lirik lagu "Hallo Bandung" menunjukkan, lagu ini lahir sebagai ungkapan rasa rindu yang sentimental, bukan dimaksudkan sebagai lagu perjuangan.
Dikutip dari sejumlah sumber, liriknya berangkat dari kisah Ismail Marzuki yang sempat mengungsi ke Bandung bersama istrinya, Eulis Zuraidah demi menghindari pendudukan tentara Inggris dan Belanda di Jakarta.
Sayangnya, tak lama setelah mereka menetap di Bandung, terbit ultimatum dari pihak Inggris yang memerintahkan pihak tentara pejuang Indonesia untuk segera meninggalkan kota kembang ini.
Kemudian, pihak pejuang Indonesia membalas dengan sengaja membakar rumah dan gedung di penjuru wilayah selatan kota Bandung sebelum mereka meninggalkan kota pada 24 Maret 1946. Peristiwa ini pun dikenal sebagai Bandung Lautan Api .
Ismail dan istrinya pun kembali ke Kota Batavia. Namun kenangan indah selama menetap di Bandung selalu melekat dalam ingatannya.
Hal tersebut mendorongnya untuk menciptakan lagu berbahasa Sunda dengan judul "Hallo Bandung". Tak hanya itu, ia juga menciptakan beberapa lagu lainnya seperti, "Bandung Selatan di Waktu Malam" dan "Saputangan dari Bandung Selatan".
Peristiwa Bandung Lautan Api mengilhami Ismail Marzuki beserta para pejuang Indonesia saat itu untuk mengubah dua baris terakhir dari lirik lagu "Hallo Bandung" menjadi lebih patriotis dan membakar semangat perjuangan.
Segera setelahnya, lagu Halo Halo Bandung menjadi sangat dikenal dan menjadi salah satu lambang perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah
Meski lagu tentang tanah Sunda, kita akan menemukan kata "beta" dalam lirik lagu tersebut. Ada yang menyebutkan bahwa kata "beta" dalam lagu ini diambil dari bahasa daerah Ambon, Maluku, yang berarti "saya". Namun, ada pula yang mengatakan "beta" berasal dari bahasa Melayu.
Halo, halo Bandung, ibu kota Periangan
Halo, halo Bandung, kota kenang-kenangan
Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali.