BANDUNG, - Ketua Forum Bandung Sehat (FBS), Siti Muntamah mendukung Uji Coba Deteksi Dini Thalasemia di Kota Bandung, yang diawali di UPT Puskesmas Garuda, disusul 13 Puskesmas lainnya selama Oktober 2021.
Program tersebut merupakan hasil kolaborasi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Kota Bandung dalam rangka mencegah kelahiran dengan Thalasemia baru atau Zero Kelahiran Thalasemia.
Siti mengaku akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait pencegahan kelahiran thalasemia ini.
Ia juga mendorong Pemkot Bandung memiliki peraturan atau kebijakan secara yuridis disampaikan ke masyarakat terkait hal tersebut.
"Secara yuridis disampaikan kepada masyarakat bahwa pernikahan pembawa sifat thalasemia ini sangat membahayakan untuk keturunan yang akan datang," ucapnya di Puskesmas Garuda, Selasa 5 Oktober 2021.
Menurutnya, dengan kelahiran thalasemia yang baru, otomatis ada beberapa pihak yang harus membantu survive kehidupannya. Seperti penyumbang darah, psikologi keluarganya, hingga anggaran untuk pengobatan yang sepanjang hidupnya.
"Tak hanya itu, artinya resource-resource, beberapa potensi tersedot ke sana, yang harusnya untuk mengembangkan potensi, produktivitas, kualitas akhirnya tersedot," katanya.
Untuk itu, FBS berencana mengadakan Forum Discussion Group (FGD) terkait hal tersebut. Karena dalam visi Kota Bandung ada yang namanya Unggul untuk menciptakan masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing.
"Kita lakukan FGD, jadi ada masukan dari banyak pihak selain Dinas Kesehatan, masyarakat, Kementerian Agama, terus Dinas Pendidikan juga. Sehingga bisa mendorong Pak Wali Kota menghadirkan Perwal untuk semua anak remaja dideteksi dini," kata Siti.
"Harapannya jadi 'awareness' secara nasional, sehingga bisa saja seperti golongan darah dicantumkan dalam KTP, supaya tahu oh ini pengidap thalasemia. Sehingga lebih menyelamatkan, mengamankan, membahagiakan, dan mensejahterakan," lanjutnya.
Selain itu, FBS juga akan mempengaruhi semua civitas kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan selalu memberikan informasi atau imbauan kepada masyarakat.
"Masyarakat saat ini lebih banyak perhatiannya, yang penting itu banyak seperti stunting, thalasemia, hemofilia, cancer, dan lainnya," katanya.
"Jadi kita jangan pernah bosan, jangan pernah tidak berinovasi untuk terus meningkatkan dan membuat kenaikan supaya derajat kesehatan masyarakat semakin baik," imbuhnya.
Program tersebut merupakan hasil kolaborasi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Kota Bandung dalam rangka mencegah kelahiran dengan Thalasemia baru atau Zero Kelahiran Thalasemia.
Siti mengaku akan berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait pencegahan kelahiran thalasemia ini.
Ia juga mendorong Pemkot Bandung memiliki peraturan atau kebijakan secara yuridis disampaikan ke masyarakat terkait hal tersebut.
"Secara yuridis disampaikan kepada masyarakat bahwa pernikahan pembawa sifat thalasemia ini sangat membahayakan untuk keturunan yang akan datang," ucapnya di Puskesmas Garuda, Selasa 5 Oktober 2021.
Menurutnya, dengan kelahiran thalasemia yang baru, otomatis ada beberapa pihak yang harus membantu survive kehidupannya. Seperti penyumbang darah, psikologi keluarganya, hingga anggaran untuk pengobatan yang sepanjang hidupnya.
"Tak hanya itu, artinya resource-resource, beberapa potensi tersedot ke sana, yang harusnya untuk mengembangkan potensi, produktivitas, kualitas akhirnya tersedot," katanya.
Untuk itu, FBS berencana mengadakan Forum Discussion Group (FGD) terkait hal tersebut. Karena dalam visi Kota Bandung ada yang namanya Unggul untuk menciptakan masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing.
"Kita lakukan FGD, jadi ada masukan dari banyak pihak selain Dinas Kesehatan, masyarakat, Kementerian Agama, terus Dinas Pendidikan juga. Sehingga bisa mendorong Pak Wali Kota menghadirkan Perwal untuk semua anak remaja dideteksi dini," kata Siti.
"Harapannya jadi 'awareness' secara nasional, sehingga bisa saja seperti golongan darah dicantumkan dalam KTP, supaya tahu oh ini pengidap thalasemia. Sehingga lebih menyelamatkan, mengamankan, membahagiakan, dan mensejahterakan," lanjutnya.
Selain itu, FBS juga akan mempengaruhi semua civitas kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan selalu memberikan informasi atau imbauan kepada masyarakat.
"Masyarakat saat ini lebih banyak perhatiannya, yang penting itu banyak seperti stunting, thalasemia, hemofilia, cancer, dan lainnya," katanya.
"Jadi kita jangan pernah bosan, jangan pernah tidak berinovasi untuk terus meningkatkan dan membuat kenaikan supaya derajat kesehatan masyarakat semakin baik," imbuhnya.