BANDUNG - Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau P5 merupakan salah satu implementasi
dari kurikulum merdeka. Seperti yang dilakukan pada kegiatan P5 SMAN 5 Kota
Bandung yang kali ini mengusung tema suara demokrasi. Dituangkan dalam bentuk
tampilan drama musikal, berjudul “Dimosymfonia”, bertempat di Gedung Kesenian Rumentansiang,
Jalan Baranangsiang No 1, Kota Bandung, (Senin, 4 Maret 2024).
Azhar
Majid Hidayat, koordinator P5 SMAN 5 Bandung, menjelaskan bahwa “Dimosymfonia”
sendiri diambil dari kata Dimo yang berarti demokratis/demokrasi dan Symfonia
yang menguatkan penuangannya di bidang seni.
Pesertanya
merupakan siswa kelas XI A hingga kelas XI J yang berjumlah 360 orang.
Kegiatannya
dimulai dari pukul 08.00 sampai pujul 17.00 WIB dan berlangsung selama satu
hari.
“Sebelum
sampai ke pentas drama, para siswa melaksanakan kunjungan terlebih dahulu ke
gedung DPRD Jawa Barat di Bandung, pada Januari kemarin untuk mendapat
pengalaman langsung. Bagaimana berlangsungnya sistem pemerintahan,” kata Azhar.
Lalu
mengamati permasalahan di lingkungan rumah dan sekitarnya, sekolah atau kampus
dan pemerintahan.
Kata
Azhar, dalam pengamatan ini, harus ada unsur yang menyuarakan demokrasi di
setiap lingkupnya.
Kemudian
persiapan P5 nya berlangsung selama satu bulan, dari akhir Januari hingga awal
Maret 2024.
“Siswa
kami sempat terlalu kritis berpikirnya, sedangkan waktu itu masih dalam suasana
masa pemilu. Jadi kita arahkan siswa boleh menyuarakan demokrasi tanpa
menyindir paslon (calon presiden dan wakil presiden yang berjumlah tiga paslon).
Itu juga merupakan salah satu tantangan bagi kami para guru,” kata Azhar.
Ide
dalam menyuarakan demokrasi sangat banyak dari siswa SMAN 5 Kota Bandung yang
berpikir kritis. Sehingga mereka sempat merasa dibatasi pemikirannya. Namun
Azhar tetap memberi tahu koridor mana yang boleh dan tidak boleh untuk
ditampilkan.
Selain
itu, tantangan lainnya kata Azhar adalah mengkoordinir seluruh siswa agar
terlibat dalam kegiatan P5.
“Sebenarnya
kita banyak opsi untuk menampilkan P5 ini. Namun kita pilih drama musikal agar
lebih efektif, lebih cair dan dapat ditangkap hasil pemikiran para siswa oleh
penonton dalam menyuarakan demokrasi,” kata Azhar.
Moza
Khadega siswi kelas XI B, yang berperan sebagai deklamator pembaca puisi dalam
penampilan drama kelasnya berjudul “Distopia” menyampaikan tanggapannya.
“Bangga
bisa tampil dalam sebuah drama musikal. Kelas kami tampil di urutan pertama.
Alhamdulillah drama kelas kami juga lancar saat penampilan berlangsung. Merasa
lega kegiatannya sudah selesai. Karena memang cukup ribet persiapan P5 ini,”
ujar Moza.
Moza
mengaku banyak lika-liku yang dihadapi saat persiapan sebelum puncak acara,
drama musikal. Seperti perdebatan antar teman, namun seiring berjalan waktu
akhirnya bisa menyatu demi menampilkan yang terbaik.
Kepala SMAN 5 Kota Bandung, Heru Ekowati, M.Pd.,
menjelaskan maksud dari kegiatan ini
“Kegiatan
ini intinya lebih kepada kolaborasi antar siswa yang amat sangat penting.
Bagaimana mereka meraih dan merangkul semua temannya, untuk aktif, khususnya di
dalam kegiatan ini,” kata Heru.
Lanjut
Heru kegiatan P5 dalam bentuk drama musikal ini bisa terlaksana di Gedung
Kesenian Rumentangsiang, berkat kerjasama yang solid antara pengurus komite
sekolah dengan para orangtua siswa.
Heru
berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan jiwa kreatif ke setiap siswa. Di
samping itu menumbuhkan keberanian yang terarah serta tetap santun
“Dalam arti masih berada dalam koridor yang baik,”
pungkas Heru.***