BANDUNG - Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung mengimbau masyarakat harus ekstra waspada saat memasuki musim penghujan. Bukan hanya terhadap potensi terjadinya luapan air, namun juga pada ancaman terjadinya tanggul jebol atau kirmir sungai yang roboh.
Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Diskar PB Kota Bandung, Dian Rudianto mengingatkan, bencana tersebut berpotensi terjadi bukan hanya karena curah hujan tinggi tetapi juga mengingat kondisi bantaran sungai yang semakin padat oleh bangunan dan tidak terawat dengan baik.
"Bukan hanya karena disebabkan oleh hujan seperti banjir, tapi ada potensi lain yang perlu masyarakat waspada. Di antaranya misalnya kirmir roboh atau tanggul jebol," ucap Dian di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana.
Dian mengatakan, Kota Bandung berada di cekungan terendah. Sehingga debit air sungai yang mengalir akan lebih besar sekalipun di kawasan kota belum diguyur hujan.
"Walaupun di Kota Bandung belum hujan, kita sudah lebih dulu dapat kiriman air apabila di utara sudah hujan. Makanya kalau kita minta perkiraan cuaca ke BMKG itu bukan untuk Kota Bandung tapi untuk Bandung dan sekitarnya," jelasnya.
Menurut Dian, setiap daerah bantaran sungai di Kota Bandung memiliki potensi yang sama terjadi kirmir yang roboh. Terlebih di daerah permukiman yang bangunannya terus merangsek ke pinggir bantaran sungai.
"Di seluruh daerah aliran sungai disebut rawan. Karena pembangunan di sekitar daerah aliran sungai ini berisiko. Menambah ruangan sampai ke bantaran sungai. Padahal itu dilarang," jelasnya.
Ia tidak memungkiri di tahun 2020 ini terdapat penambahan kasus bencana akibat hydrometeorologi dibandingkan tahun lalu. Seperti kejadian longsor pada 2019 lalu terjadi 7 kali. Sedangkan pada 2020 ini tercatat sudah ada 19 kali.
Kemudian bencana kirmir roboh juga dipaparkan Dian tercatat sudah 10 kali di 2020 ini. Padahal di sebelumnya tidak terpantau ada peristiwa kirmir roboh di sepanjang 2019 lalu
Untuk kasus banjir, pada 2019 dan 2020 terjadi 11 kali. Sedangkan angin puting beliung terjadi dua kasus pada 2019 dan satu kali pada 2020.
Pada tahun 2109 terjadi 16 kali pohon tumbang. Sedangkan tahun ini sebanyak 9 kali. Sementara untuk bangunan roboh di 2019 itu sebanyak 3 kali. Sedangkan tahun ini tidak ada bangunan roboh.
"Bencana hydrometeorologi pada 2019 terdapat 39 kejadian. Sedangkan pada 2020 sampai September terjadi 43 kejadian. Ditambah kemarin seeprti di Cidadap, Astananayar, Pagaraih, Sukagalih jadi sampai sekarang ada 48 peristiwa," ujarnya.
Kendati urusan penanggulangan bencana di Kota Bandung tergabung di satu dinas, yakni Diskar PB, namun Pemerintah Kota (Pemkot) sudah membuat Satuan Tugas (Satlak) khusus. Yaitu Satlak Penanggulangan Bencana yang berisi gabungan unsur pemerintahan di Kota Bandung.
"Untuk Diskar PB saja kita ada 350 orang personil siap siaga penuh termasuk di empat UPT (Unit Pelaksana Teknis). Setiap UPT berjaga 10-15 orang," katanya.
Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Diskar PB Kota Bandung, Dian Rudianto mengingatkan, bencana tersebut berpotensi terjadi bukan hanya karena curah hujan tinggi tetapi juga mengingat kondisi bantaran sungai yang semakin padat oleh bangunan dan tidak terawat dengan baik.
"Bukan hanya karena disebabkan oleh hujan seperti banjir, tapi ada potensi lain yang perlu masyarakat waspada. Di antaranya misalnya kirmir roboh atau tanggul jebol," ucap Dian di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana.
Dian mengatakan, Kota Bandung berada di cekungan terendah. Sehingga debit air sungai yang mengalir akan lebih besar sekalipun di kawasan kota belum diguyur hujan.
"Walaupun di Kota Bandung belum hujan, kita sudah lebih dulu dapat kiriman air apabila di utara sudah hujan. Makanya kalau kita minta perkiraan cuaca ke BMKG itu bukan untuk Kota Bandung tapi untuk Bandung dan sekitarnya," jelasnya.
Menurut Dian, setiap daerah bantaran sungai di Kota Bandung memiliki potensi yang sama terjadi kirmir yang roboh. Terlebih di daerah permukiman yang bangunannya terus merangsek ke pinggir bantaran sungai.
"Di seluruh daerah aliran sungai disebut rawan. Karena pembangunan di sekitar daerah aliran sungai ini berisiko. Menambah ruangan sampai ke bantaran sungai. Padahal itu dilarang," jelasnya.
Ia tidak memungkiri di tahun 2020 ini terdapat penambahan kasus bencana akibat hydrometeorologi dibandingkan tahun lalu. Seperti kejadian longsor pada 2019 lalu terjadi 7 kali. Sedangkan pada 2020 ini tercatat sudah ada 19 kali.
Kemudian bencana kirmir roboh juga dipaparkan Dian tercatat sudah 10 kali di 2020 ini. Padahal di sebelumnya tidak terpantau ada peristiwa kirmir roboh di sepanjang 2019 lalu
Untuk kasus banjir, pada 2019 dan 2020 terjadi 11 kali. Sedangkan angin puting beliung terjadi dua kasus pada 2019 dan satu kali pada 2020.
Pada tahun 2109 terjadi 16 kali pohon tumbang. Sedangkan tahun ini sebanyak 9 kali. Sementara untuk bangunan roboh di 2019 itu sebanyak 3 kali. Sedangkan tahun ini tidak ada bangunan roboh.
"Bencana hydrometeorologi pada 2019 terdapat 39 kejadian. Sedangkan pada 2020 sampai September terjadi 43 kejadian. Ditambah kemarin seeprti di Cidadap, Astananayar, Pagaraih, Sukagalih jadi sampai sekarang ada 48 peristiwa," ujarnya.
Kendati urusan penanggulangan bencana di Kota Bandung tergabung di satu dinas, yakni Diskar PB, namun Pemerintah Kota (Pemkot) sudah membuat Satuan Tugas (Satlak) khusus. Yaitu Satlak Penanggulangan Bencana yang berisi gabungan unsur pemerintahan di Kota Bandung.
"Untuk Diskar PB saja kita ada 350 orang personil siap siaga penuh termasuk di empat UPT (Unit Pelaksana Teknis). Setiap UPT berjaga 10-15 orang," katanya.