Bandung, - Ratusan siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 139 Sukarasa Jalan Gegerkalong Hilir, Kelurahan Gegerkalong, Kecamatan Sukasari mengutarakan gagasan, doa dan harapannya bagi Indonesia, Kamis (26/9/2019). Uniknya, para siswa kelas 4 hingga 6 ini menulis gagasannya dalam aksara Sunda.
Salah seorang siswi kelas 6, Aura Khaira Surga menuliskan optimismenya bahwa Indonesia bisa menjadi negara yang mandiri. Tak lupa dia pun memanjatkan doa agar Indonesia tetap menjadi negeri yang damai.
"Aku berharap Indonesia bisa lebih maju dari negara lainnya, lebih canggih teknologinya dan tidak bergantung dengan negara lain serta tidak ada lagi perpecahan. Indonesia jadi aman dan tentram," tulis Aura dalam aksara Sunda.
Sedangkan Ayuk Dira, siswi kelas 6 lainnya mengungkapkan harapannya agar tidak ada lagi kekerasan dalam proses demokrasi yang sampai menelan korban.
"Saya berharap tidak ada lagi demo yang memakan korban jiwa. Indonesia bisa menjadi bangsa yang maju, teknologi karya anak bangsa digunakan tanpa barang impor," tulis Ayuk di atas kertas lipat berwarna.
Sejak pukul 07.00 WIB, sebanyak 290 siswa SDN 139 Sukarasa ini sudah berkumpul. Mereka mengawalinya dengan senam gerakan literasi. para siswa dari kelas 1 membuat berbagai macam hiasan berbentuk bidang datar dan buah-buahan. Sedangkan siswa kelas 2 dan 3 membuat nama masing-masing dalam aksara Sunda.
Untuk anak kelas 4,5, dan 6 menulis gagasan, doa dan harapan bagi Indonesia. Lalu tulisan yang dibubuhkan dalam kertas lipat tersebut disusun kembali dalam sebuah kain putih membentuk aksara Sunda yang bermakna Indonesia.
Menurut salah seorang guru SDN 139 Sukarasa, Fauzan, acara ini sengaja dikemas untuk memanfaatkan jeda kegiatan belajar mengajar setelah Ujian Tengah Semester (UTS) semester ganjil. Kegiatan penulisan gagasan, doa dan harapan bagi Indonesia ini menjadi upaya sekolah untuk menumbuhkan fondasi kehidupan berbangsa kepada para siswa. Namun, juga sekaligus melestarikan kebudayaan sunda.
"Jadi kita berusaha untuk menggugah dan menumbuhkan nasionalisme kepada anak anak sejak masih di sekolah dasar. Selain itu kita juga ingin melestarikan kebudayaan," jelas Fauzan.
Fauzan memaparkan kegiatan ini juga membuat siswa lebih banyak beraktivitas, sehingga meminimalisir penggunaan gawai.
"Secara pribadi saya juga menyampaikan informasi kekinian. Sehingga anak tidak hanya melihat gim dan informasi yang belum semestinya. Ini juga agar literasi anak itu juga kuat," ujarnya.
"Ini menjadi penting karena kalau bukan kita yang mengajarkan, siapa lagi. Sedangkan tantangannya menggugah semangat literasi di kalangan anak-anak ini semakin sulit seiring berkembangnya zaman," imbuh Fauzan. Red
Salah seorang siswi kelas 6, Aura Khaira Surga menuliskan optimismenya bahwa Indonesia bisa menjadi negara yang mandiri. Tak lupa dia pun memanjatkan doa agar Indonesia tetap menjadi negeri yang damai.
"Aku berharap Indonesia bisa lebih maju dari negara lainnya, lebih canggih teknologinya dan tidak bergantung dengan negara lain serta tidak ada lagi perpecahan. Indonesia jadi aman dan tentram," tulis Aura dalam aksara Sunda.
Sedangkan Ayuk Dira, siswi kelas 6 lainnya mengungkapkan harapannya agar tidak ada lagi kekerasan dalam proses demokrasi yang sampai menelan korban.
"Saya berharap tidak ada lagi demo yang memakan korban jiwa. Indonesia bisa menjadi bangsa yang maju, teknologi karya anak bangsa digunakan tanpa barang impor," tulis Ayuk di atas kertas lipat berwarna.
Sejak pukul 07.00 WIB, sebanyak 290 siswa SDN 139 Sukarasa ini sudah berkumpul. Mereka mengawalinya dengan senam gerakan literasi. para siswa dari kelas 1 membuat berbagai macam hiasan berbentuk bidang datar dan buah-buahan. Sedangkan siswa kelas 2 dan 3 membuat nama masing-masing dalam aksara Sunda.
Untuk anak kelas 4,5, dan 6 menulis gagasan, doa dan harapan bagi Indonesia. Lalu tulisan yang dibubuhkan dalam kertas lipat tersebut disusun kembali dalam sebuah kain putih membentuk aksara Sunda yang bermakna Indonesia.
Menurut salah seorang guru SDN 139 Sukarasa, Fauzan, acara ini sengaja dikemas untuk memanfaatkan jeda kegiatan belajar mengajar setelah Ujian Tengah Semester (UTS) semester ganjil. Kegiatan penulisan gagasan, doa dan harapan bagi Indonesia ini menjadi upaya sekolah untuk menumbuhkan fondasi kehidupan berbangsa kepada para siswa. Namun, juga sekaligus melestarikan kebudayaan sunda.
"Jadi kita berusaha untuk menggugah dan menumbuhkan nasionalisme kepada anak anak sejak masih di sekolah dasar. Selain itu kita juga ingin melestarikan kebudayaan," jelas Fauzan.
Fauzan memaparkan kegiatan ini juga membuat siswa lebih banyak beraktivitas, sehingga meminimalisir penggunaan gawai.
"Secara pribadi saya juga menyampaikan informasi kekinian. Sehingga anak tidak hanya melihat gim dan informasi yang belum semestinya. Ini juga agar literasi anak itu juga kuat," ujarnya.
"Ini menjadi penting karena kalau bukan kita yang mengajarkan, siapa lagi. Sedangkan tantangannya menggugah semangat literasi di kalangan anak-anak ini semakin sulit seiring berkembangnya zaman," imbuh Fauzan. Red